Dental Emergency

0 komentar
PENDAMPINGAN PERAWAT GIGI
PADA TINDAKAN DENTAL EMERGENCY
Oleh
BEDJO SANTOSO, S.Si.T, M.Kes
Disampaikan pada :
“TEMU ILMIAH KEDOKTERAN GIGI 2010”
Banyumas, 30-31 Januari 2010

A. Latar Belakang
Dalam upaya memberikan pelayanan prima dan berorientasi pada kepentingan pasien, dokter gigi dan perawat gigi harus berkolaborasi dan bekerjasama secara harmonis, sesuai dengan kompetensi dan kewenangan masing-masing.
Kita sadari bersama bahwa baik dokter gigi maupun perawat gigi tidak dapat bekerja sendiri dalam memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut kepada masyarakat, akan tetapi kedua profesi tersebut harus saling berhubungan dan berdampingan dalam team work yang solid sebagai MITRA KERJA.
Dalam melaksanakan pekerjaan rutin kita sebagai tenaga kesehatan gigi, kadang-kadang menemukan suatu kasus yang genting/waspada yang terjadi pada pasien. Dan memerlukan penanganan segera, khusunya kasus cidera di sekitar rongga mulut, shock anaphylactic, Syncope/pingsan, reaksi alergi, perdarahan pada tindakan pencabutan. Oleh karena itu diperlukan cara penatalaksanaan yang optimal, baik prosedur tindakan maupun pemberian obat-obatan yang secara cepat dan tepat dapat dilakukan di Puskesmas maupun Rumah Sakit
Untuk menjadi pendamping klinis yang baik dalam konteks pola kemitraan, perawat gigi harus memahami apa, bagaimana dan cara serta irama kerja dokter gigi dalam memberikan tindakan medis kepada pasien.

B. PENDAMPINGAN
Pendampingan dalam ilmu kedokteran gigi adalah perawatan/tindakan yang dilakukan oleh operator dan asisten secara bersamaan dalam suatu team work dalam rangka menghasilkan perawatan / tindakan kesehatan gigi yang berkualitas, efektif dan efisien.

C. KEGAWATDARURATAN
Kegawatdaruratan adalah suatu kejadian mendadak, tidak terduga serta tidak diharapkan, tetapi memerlukan penanganan segera secara cepat, tepat dan terarah

D. TUJUAN
Tujuan dilakukan pendampingan adalah
1. Mempersiapkan agar pasien berada dalam kondisi yang memungkinkan untuk dilakukan tindakan
2. Memperlancar proses tindakan
3. Memberikan rasa nyaman kepada pasien pada saat proses perawatan/tindakan berlangsung
4. Mengamankan pasien dari komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi akibat tindakan perawatan, dari yang ringan sampai denan yang berat
5. Mengurangi rasa tegang/ketegangan tubuh yang terjadi antara dokter gigi dan perawat gigi pada saat melaksanakan tindakan
6. Terorganisirnya persiapan dan pemakaian alat, bahan dan perlengkapan yang diperlukan


E. DASAR PEMIKIRAN
1. Kepmenkes RI Nomor 284/MENKES/SK/IV/2006 tentang Standar Pelayanan Asuhan Kesehatan gigi dan Mulut : Pengobatan tindakan penyembuhan penyakit khususnya pengobatan darurat sesuai standar pelayanan dan perawatan Pasca tindakan
2. Kepmenpan Nomor 22/Kep/M.PAN/4/2001 tentang jabatan Fungsional Perawat gigi dan Angka Kreditnya : Melaksanakan tugas sebagai asisten pelayanan medik gigi dan mulut dalam bidang spesialis non bedah, spesialis bedah, spesialis non bedah kompleks, dan spesialis bedah komplek
3. Kepmenkes RI Nomor : 1208/MENKES/SK/XI/2001 tentang petunjuk Tehnis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Perawat Gigi:
a. Perawat gigi melakukan tugas sebagai asisten pelayanan medik dasar khusus adalah sebagai asisten dokter gigi yang melaksanakan tindakan medik dasar yang memerlukan sarana penunjang
b. Sebagai asisten dokter gigi spesialis bedah dalam melaksanakan tindakan medik yang mengubah struktur jaringan (invasif) termasuk sebagai instrumentator.
c. Sebagai asisten dokter gigi spesialis bedah dalam melaksanakan tindakan medik gigi dan mulut yang mengubah struktur jaringan (invasif) yang memerlukan sarana lain, melakukan penanganan secara kerjasama antara team.

F. MANAJEMEN PENGELOLAAN PASIEN
Manajemen pengelolaan pasien bedah preoperative dan post operative memegang peranan yang cukup penting dalam menunjang berhasilnya suatu operasi.
Manajemen pre-operative dilakukan mulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan khusus yang lain sampai dengan pasien masuk kamar operasi. Pada proses ini kadang-kadang ditemukan juga penyakit-penyakit yang oleh pasien tidak disadari, lebih-lebih untuk penyakit-penyakit yang berbahaya, oleh karena itu pemeriksaan fisik dengan cermat sangat penting untuk dilakukan.
Didalam usaha manajemen pengelolaan pasien perlu diperlukan ”team approach”, guna memperoleh suatu hasil yang dapat dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan secara medik kolegal. Keberhasilan manajemen pengelolaan pasien sebelum operasi/tindakan perawatan merupakan sebagian jaminan dari berhasilnya suatu tindakan.
Manajemen post operative menitikberatkan pada kegiatan yang bersifat usaha-usaha pengembalian kondisi pasien seperti semula dalam waktu yang sesingkat mungkin. Sebab banyak faktor yang harus diperhatikan pada proses penyembuhan. Bukan saja pengobatan mungkin juga termasuk perbaikan kondisi.
Untuk itu dalam pengelolaan pasien diperlukan suatu kerja sama yang serasi dari berbagai ahli, baik medis maupun paremedis, sehingga tercipta suatu team work dibawah koordinasi tenaga ahli yang berkompeten.

G. KEGAWAT DARURATAN PADA KEADAAN UMUM
1. Syncope
Syncope merupakan keadaan yang relatif tidak berbahaya sebagai akibat reaksi psikis. Bisa takut, cemas, gelisah, mual,
Gejala dan Tanda
Lemah Pusing pucat yang tampak menonjol pada segitiga hidung dan bibir atas, kulit dinging dan basah, nadi cepat dan lemah, respirasi cepat, dangkalndan makin lama makin lambat, penglihatan kabur dan akhirnya kehilangan kesadaran.
Terapi
a. Letakan pasien pada posisi terlentang pada dental chair. Tenangkan pasien. Bila pasien sampai hilang kesadaran, letakkan pasien dengan kepala lebih rendah dari jantung, letakkan handuk basah dingin pada kening pasien
b. Rangsang pernafasan pasien dengan bahan merangsang seperti alkohol dan amoniak yang akan mempercepat kesadaran
c. Setelah sadar pasien diberi minum hangat sedikit demi sedikit.
d. Perlu dicatat tanda-tanda vital (Vital sign)Jika perlu beri 02

2. Reaksi Alergi Kulit dan Membran Mukosa
Reaksi ini terjadi dalam satu jam setelah kontak dengan substansi penyebab. Tapi biasanya reaksi ini timbul hanya beberapa detik atau menit saja. Reaksi yang cepat dan menakutkan sebagai reaksi antigen antibodi dan dapat terjadi pada oedem laring, glotis, epiglotis dan lidah yang dapat menutup jalan pernafasan terutama pada anak-anak.
Gejala dan tanda
Sesak nafas waktu respirasi, terasa adanya benda pada tenggorokan, susah menelan dan sianosis
Terapi :
a. Letakan pasien dengan posisi terlentang dan berikan 02
b. Perawat gigi menghubungi dokter umum atau THT, Dokter gigi dapat memberikan suntikan epinefrin 1 : 1000 sebanyak 0,3-0,5 ml pada ventral lidah dan diikuti dengan injeksi antihistamin 25-50 dipenhidramin chloride dan kortikostiroid 40 mg methylprednisolon intra lingual
c. Bersiap-siap untuk memberikan bantuan nafas buatan atau penanganan darurat lain untuk kelainan jalan nafas

3. Anaphilactic Shock ;
Tanda dan Gejala
Terjadi kolaps vaskuler parifer, terjadinya penurunan tekanan darah dengan cepat, kecil, wajah pucat. Pasien sesak nafas, gelisah kemudian tidak sadar
Terapi :
a. Letakkan pasien dengn posisi miring di lantai karena pasien sering muntah
b. Perawat gigi dapat menelepon dokter umum terdekat. Sambil menunggu pasien diawasi jalan nafas, raba nadi, bila tidak teraba tekan dada sebelah kiri untuk merangsang jantung berdenyut kembali. Kemudian lakukan pernafasan buatan
c. Bila nadi teraba masih lemah, dokter gigi dapat menginjeksi Vasopressor seperti pada tahap penanganan reaksi alergi.
4. TINDAKAN VENTILASI BUATAN
a. Mouth to mouth technique
Pasien direbahkan di lantai, kepala disejajarkan satu tangan operator diletakkan dibawah leher dan satu lagi diletakkan pada kening, dengan posisi kepala sedemikian rupa sehingga mulut pasien akan tyerbuka dengan sendirinya. Hidung pasien dipijat agar tidak ada udara yang keluar dari hidung. Operator mengambil nafas kemudian hembuskan ke dalam mulut pasien sambil memperhatikan dada pasien yang mengembang. Kemudian operator mengambil nafas lagi dan melakukan tindakan seperti tindakan pertama sebanyak 12 kali per menit. Untuk anak-anak peniupan dilakukan 20-30 kali permenit dan tiupan tidak boleh terlalu keras.
b. Mouth to nose technique
Pasien berada pada posisi sama denga mouth to mouth technique. Tangan operator menutup mulut pasien dan udara pernafasan operator ke hidung pasien, hembusan harus lebih keras dari pada hembusan ke mulut. Kemudian mulut pasien dibuka ketika ada tanda-tanda pasien akan mengeluarkan udara.

5. PRINSIP DASAR DENTAL EMERGENCY :
1. Mendudukan pasien dengan posisi terlentang
2. Membuka jalan nafas
3. Melihat/mengecek ada/tidaknya pernafasan yang spontan
4. Mempersiapkan tabung oksigen
5. Memonitor tanda-tanda vital
6. Menyiapkan untuk membantu perawatan darurat selanjutnya

H. KEGAWATDARURATAN PADA KEADAAN LOKAL
1. Perdarahan
Lukanya pembuluh darah akibat rusaknya dinding pembuluh darah.
Penanggulangan Perdarahan Secara Lokal
a. Penekanan lokal
Penekanan lokal meliputi penekanan secara langsung pada tempat perdarahan dan penekanan tidak langsung misalnya dengan menekan pembuluh darah utama yang mengalirkan darah ke luka
b. Kompres dingin
Dingin berefek kontraksi pembuluh darah, sehingga dapat mengontrol perdarahan, juga mengurangi atau menghambat inflamasi. Penggunaan kompres dingin harus berulang dan tidak melebihi 20 menit
c. Penjepitan/penjahitan
d. Obat Vasokonstriksi/ injeksi epinefrin
e. Elektro Koagulasi : akan menggumpalkan darah dan protein
2. Terbukanya sinus maksilaris karena ekstraksi gigi atas (P1.M1,M2)
Gejala
a. Waktu ektraksi gigi diatas pada apex terdapat tulang alveolus yang ikut melekat dan secara inspeksi terdapat lubang besar.
b. Keluarnya darah dari socket gigidisertai gelembung udara, karena adanya udara dari rongga hidung yang mengalir melewati perforasi tersebut masuk ke ronggga mulut
c. Kemungkinan darah dari ekstraksi masuk ke rongga hidung.
d. Pada perforasi yang besar, pasien mengeluh pada waktu minum cairan masuk kedalam hidung dan adanya udara ke dalam mulut.
Terapi
Untuk menghindari infeksi dari sinus maksilaris, maka socket bekas pencabutan gigi tidak boleh diirigasi, karena menyebabkan kotoran dari rongga mulut terdorong masuk ke dalam rongga hidung. Pada Socket diisi Iodorm tampon atau alvogyl kurang lebih 2/3 dari tepi gusi. Setiap hari tampon tersebut diganti sampai 3-4 hari.

I. SIKAP PADA PENANGANAN GAWAT DARURAT
Sikap dokter gigi dan perawat gigi pada saat memberikan pertolongan pada keadaan gawat darurat dalam upaya menyelamatkan jiwa pasien, harus :
1. Bersikap tenang
2. Tidak panik
3. Bekerja sistematik
4. Cermat
5. Berani
6. Tepat
7. Jeli
J. PRINSIP DASAR PENDAMPINGAN
Prinsip Dasar pada tindakan dental emergency adalah penanganan pasien secara cepat, tepat dan terarah sehingga jiwa pasien semaksimal mungkin dapat diselamatkan. Untuk itu prinsip-prinspi dasar dalam proses pendampingan adalah
1. Pasien diberi tindakan/perawatan secara cepat tepat dan tingkat kenyamanan maksimum
2. Tersedianya alat dan bahan/obat guna memperlancar prosedur pertolongan
3. Tersedianya tempat yang cukup untuk melaksanakan pertolongan terhadap pasien.
4. Posisi antara pemberi pertolongan dengan pendamping harus berada pada posisi kolaborasi/posisi silang/posisi saling melengkapi sehingga antara pemberi pertolongan dengan pendamping dapat bekerja secara maksimal dan nyaman.
5. Cross Infection Control.

0 komentar:

Posting Komentar